Cerita Seks Kakak Ipar Ketagihan Nyepong

 

– Istriku mengajak pulang kampung di akhir pekan. Dan kami pun memulai perjalanan, tiba-tiba handphone istriku berbunyi. Ternyata yg menelepon itu adalah Mbaknya yg ingin memberitahukan juga pada hari itu akan melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman.

Bagus ini, bisikku dalam hati. Mbak iparku adalah seorang pemimpin disebuah perusahaan swasta, sedangkan suaminya bekerja sebagai pemandu wisata. Mereka telah dikaruniakan 5 orang anak.

Aku lebih suka memanggilnya dengan panggilan Kak Ros. Aku sangat bahagia ketika mengetahui dirinya akan berkunjung juga ke kampung halaman, karena aku rindu akan kecantikan wajahnya, akan ku pandang sepuas-puasnya wajah Mbak iparku itu buat modal dalam bermain nanti dengan istriku.

Melihat wajah Mbak iparku, aku terbayang dengan beberapa bintang film porno barat yg sering aku tonton. Warna bibirnya yg merah delima, membuat aku tak pernah puas untuk menatapnya dan ingin sekali kucium bibirnya itu. Dan selalu berhayal untuk melakukan hubungan intim dengan dia.

Untuk perbandingan bentuk tubuh memang istriku jauh lebih ideal dari tubuh Mbak iparku. Tapi yg namanya lelaki memang tdk akan puas dengan yg sudah dimiliki. Pikiranku pun berlarian tdk karuan, hasrat besar untuk menyetubuhi Mbak ku itu sungguh semakin menggebu-gebu.

Dan kamipun sampai di kampung halaman, tak berselang lama Mbak ipar dan keluarganya juga telah sampai. Aku dan istriku membereskan barang bawaan kami satu persatu hingga semua selesai. Terlihat Mbak ipar yg baru sampai tadi sudah beristirahat didepan televisi, mungkin karena kelelahan menghadapi perjalanan jauh ini. Mataku tak terlepas selalu memandang wajah hingga tubuhnya yg tertidur di depan televisi. Pikiranku pun tak karuan, sesaat aku melirik kebagian gunung kembarnya yg menjulang tinggi membuat nafsu ku semakin kuat.

Akhirnya kulampiaskan nafsu ku terhadap istriku. Kami pun memulai untuk melakukan pertarungan suami istri, aku menyuruh istriku untuk mengisap otongku ini. Disaat yg bersamaan aku membayangkan jika yg melakukannya adalah Mbak iparku. Oh… desahku dengan nikmat sambil memikirkan Kak Ros. Hingga akhirnya air mani ku pun bercucuran di wajah istriku.

Sesaat kemudian istriku pun tertidur lemas dan menikmati permainan tadi. Tapi perasaan kurang puas menghinggap di pikiranku. Malam itu hujan tak kunjung reda, mau mengajak istri untuk melakukannya lagi tdk sampai hati karena terlihat wajah lelahnya dihadapanku. Aku berpikir sejenak dan mengambil rokok ku, lalu aku melangkah menuju depan rumah sekedar untuk mengusir penat hati.

Dinginnya malam itu membuat pikiran ku mulai terasa tenang dan sudah hampir melupakan tentang apa yg ada dalam pikiran ku sejak tadi. Tetapi, tiba-tiba dari belakang bahuku di tepuk oleh seseorang. Dan dengan sigap aku menoleh dan melihat siapa yg telah menepuk bahuku. Ternyata dia adalah Kak Ros, yg telah dari tadi sudah kubayangkan wajah dan tubuhnya untuk ku nikmati.

“Wawan gak tidur?” , ucap Kak Ros.
“Tdk Kak, masih ingin menikmati dingin malam ini”, balasku.

Kami pun diam sejenak, karena kebetulan aku terkejut karena Kak Ros yg telah memanggilku terlebih dahulu. Sejurus kemudian, Kak Ros pun ikut duduk di kursi yg satu lagi sambil berkata,

“Wawan, boleh Mbak minta tolong?”
“Mbak ingin minta tolong apa ya?” jawabku.
“Mbak berharap Wawan mau menolong Mbak, Mbak benar-benar sangat berharap”
“Sepertinya penting sekali ya Kak, silahkan bicarakan langsung Kak”

Kak Ros pun terdiam sejenak, mungkin dirinya sedang memikirkan untuk memulai dari mana.

“Begini Wan, 5 tahun yg lalu, Mbak ada terikat perjanjian utang piutang dengan pihak bank. Dan sampai saat ini Mbak masih belum bisa melunasi hutang Mbak di bank. Saat ini sudah masuk bulan ke 6 Mbak tdk membayar angsuran. Pihak bank pun telah menulisi surat untuk Mbak beberapa kali. Jika hutang itu tak kunjung Mbak lunasi, maka agunan yg kemarin Mbak kasih ke pihak bank sebagai jaminan akan digadaikan”.

Aku pun terdiam dan berpikir, bagaimana caranya aku membantu Mbak iparku ini. Aku juga bertanya apakah memang benar yg di bicarakan itu, atau cuma akal-akalan nya saja. Tetapi aku coba untuk berfikir positif saja.

“Mas Sofian tau Kak?”, sambungku memecah kesunyian.
“Suami Mbak sudah tau tentang utang itu, tapi Mas Sofian tdk tau jika Mbak telah menjaminkan surat tanah ke bank”.

Surat tanah itu sudah sejak lama dipercayakan untuk dijaga oleh Kak Ros, Jika mertua ku mengetahui apa yg telah Kak Ros lakukan, maka habislah Kak Ros dimarahi oleh mertuaku.

“Aku bicarakan dulu dengan nona ya Kak, karena jumlahnya sangat banyak.”

“Wawan please, jangan beritahu ke siapapun. Bisa mati Mbak nanti, Mbak cuma percaya sama Wawan seorang saja. Makanya Mbak langsung ngomong ke Wawan”.

Sejenak aku berpikir tentang nasib Kak Ros jika aku tdk membantunya. Pasti hal yg tdk baik akan terjadi kepadanya.

“Wawan tolonglah Mbak, Mbak rela melakukan apa saja yg Wawan mau”, “Termasuk tubuh Mbak ini”. Sambil menangis dan kuraihlah kepalanya untuk bersender kebahuku, sesekali ku sapu air mata yg telah membasahi pipi mungilnya itu.

Suasana yg sepi, hanya bunyi hujan yg jatuh membasahi kampung halaman mertuaku yg menemani kami malam itu. Kemudian Kak Ros kembali memandang wajahku. Aku sedikit mencari keuntungan dari permasalahan ini.

“Aku akan bantu Mbak, jika Mbak Ros mau ngentot dengan ku”.

“Hhmm, cara lain ada gak Wan, karena jika Mbak main sama kamu, dosanya sangat besar”.

“Kalau hisap otong ku aja gimana ka”. Kak Ros pun langsung terdiam seribu bahasa.

Aku melihat dirinya sedang memikirkan sesuatu, dan aku yakin dia sedang berpikir tentang penawaranku tadi. Kemudian diapun berkata.

“Oke, Mbak bersedia untuk mengisap otong Wawan, tapi Wawan harus janji akan menolong Mbak. Jangan permainkan Mbak ya”.
“Wawan janji Kak, tapi ada syaratnya Kak”.
“Syarat apa lagi Wan”,
“Aku akan bayar utang Mbak itu bukan sekaligus, tetapi menyicil mungkin ini bisa membantu Mbak keluar dari keterpurukan itu”.
“Apa bisa seperti itu Wan”,
“Yg pastinya bisa Kak, karena yg ada dalam pemikiran pihak bank adalah hutang harus lunas, bukan cara pembayarannya”.
“Mbak paham, berarti selama hutang itu belum dilunaskan, berarti selama itu juga Mbak harus isap otong Wawan ya”.
“Mbak memang pintar, selalu cepat paham dengan apa yg akan Wawan katakan”.
“Untuk membuktikan jika memang Mbak serius mau mengisap otongku, kita mulai sekarang saja gimana”.
“Apa?? Sekarang”.
“Ia Kak, sekarang”.
“Nanti kalau ada orang terbangun bagaimana Wan?”
“Kak Ros tak perlu takut, kita masuk kedalam, trus Kak Ros ikuti aku dari belakang dan kita menuju ke ruang tamu. Aku berdiri disebelah lemari perhiasan, sementara Mbak berlutut saja sambil mengisap otong ku”.

Cahaya lampu dapur pun menyemangati aku untuk melakukan hal tersebut, Karena kecantikan yg sempurna terlihat ketika cahaya tersebut terpancar dan memantul kewajah Kak Ros. Aku pun semakin bernafsu melihat wajah Mbak iparku itu yg sudah sejak tadi bersiap untuk mengisap otongku. Aku pun bergegas menurunkan celana ku hingga menyentuh lutut.

Ditariknyalah otongku itu, dan diarahkan kewajahnya yg bersih. Tangan lembutnya membuat aku menggelinjang karena wanita dengan usia yg tak lagi muda memiliki wajah yg masih menarik perhatian. Genggaman tangannya ke otongku sesekali diarahkannya ke biji peler ku. Lembutnya tangan Mbak iparku ini, dan hisapan pun dimulai.

Tanpa membuang-buang waktu, otongku yg sudah mengeras kini telah masuk kedalam mulut Mbak iparku. Hisapan bak seorang bintang porno pun mulai dilancarkan, terkadang aku merasa kegelian karena kehebatan Kak Ros dalam melakukan blowjob. Sesekali aku melihat disekitar untuk memastikan ruangan yg kami gunakan itu aman.

Kembali dengan kemahirannya mengisap otong ku, hingga lenyap tak bersisa dimasukkan nya otong ku kedalam mulutnya yg mungil itu. Ouuhhh jeritku pelan, agar tdk terdengar oleh mereka yg sedang tidur. Semakin menarik permainan lidahnya yg menjilati dari pangkal hingga ujung otong ku. Sesekali kami saling pandang-pandangan, dan terlihat jelas dia menikmatinya tetapi dari segi yg lain ada rasa iba yg singgah dihatiku.

Sengaja menjatuhkan harga dirinya hanya karena ingin melunasi hutang-hutangnya. Tetapi kelihatannya tdk ada cara lain lagi. Pikirannya buntu, hanya dengan menjadi hamba hawa nafsu adik iparnya sajalah dia dapat bebas dari hutang-hutangnya. Tetapi bagiku adalah seperti pucuk di cinta ulam pun tiba.

Terlihat jahat aku pada malam itu, yg menguntungkan tdk tergadai seluruh tubuhnya. Otong ku pun terus dihisap nya tanpa henti, dan rasa geli yg amat sangatpun menghampiri aku. Kutahan sejenak untuk tdk mengeluarkan air maniku, karena aku masih mau menikmati kebersamaan ini dengan Kak Ros. Akhirnya rasa itu tdk bisa tertahan lagi, ku keluarkan otongku dari mulutnya dan aku mengeluarkan air mani ku di wajah mungil nya itu.

Akhirnya kami pun membersihkan diri dengan segera untuk menghindari kecurigaan keluarga yg tidur dirumah. Itulah kali pertama pengalaman oral sex yg dilakukan adik ipar terhadap Mbak ipar. Kak Ros, memang termasuk wanita yg layak untuk dikagumi. Hal ini pun terus kami lakukan walau hutang telah lunas aku bayar. Tapi, aku tdk pernah sekalipun menyetubuhinya.

Kegiatan itu pun terus kami lakukan dimanapun dan kapanpun yg kami suka. Terkadang di dapur, dimobil, saat dirumah ku tdk ada orang. Dimana ada kesempatan maka disitulah kami selalu melakukan hal berdosa tersebut. Ini bukan cerita tentang adik dan Mbak ipar lagi, tetapi tentang sebuah kisah cinta terlarang yg berlanjut terus sampai saat ini. Selesai…,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts